pengalaman

Siang hari disaat cuaca mendung 8 mahasiswa meneduh di suatu tempat sambil menyantap makan siang. mahasiswa tersebut bernama ade, panji, gilang, ryandi, fadil, sofyan , bion, adit. Kemudian lukas berbicara kepada ade
bion : hahahah ayo lu de ujan entar pas ke kampu lari pasti lu paling akhir
Ade : sialan lu bener juga hahaha gua bisa tebak yang paling depan pasti eko
Ketika makan pada mahasiwa itu berdiskusi tentang materi yang tadi di berikan
adit : tadi si pani salah tuh benerin soalnya harusnya gak gitu kalo gitu nanti progamnya gak jalan tapi binggung kok bisa jalan
panji: gak tau tuh kan harus yang itu jangan di apus soal kalo itu di apus gak bisa jalan, tapi aneh pas tadi di coba di laptop gua gak bisa pas gua kasih codingan ke si boy codingan sama tapi bisa jalan
gilang : au tuh tadi gua juga gak bisa padahal tadi gua uda liat codingan yang pas di running jalan masa kaga pas gua running gak bisa
Ade : berarti kata kata lo ko sama kaya kata sih lukas kalo yang itu jangan di apus
Ketita para mahasiswa sudah selesai makan tak lama kemudian hujan pun reda panji pun berkata
Panji : coyy ayo masuk entar keburu ujan lagi, kita meduh di sono aja akan ada ac adem
Bion : ayoo bener tuh
Pada mahasiswa itu pun merapikan barang bawan mereka lalu berjalan menuju kampus
setelah mereka berjalan menuju baru sekitar 1 km terdengar musik dangdut tanpa rasa curi gak mereka lanjut berjalan tak lama kemudian panji menoleh ke sebelah dan melihat waria itu pun berkata
waria: haiiiii beb
panji : (muka kaget) astagfirullah alazim waria, kabuuurrrrr
para temen teman panji yang mendengar suara itu kaget kemudain panji dan teman temannya pun lari dengan kencang dan ade yang sedikit panik lari ke gang sempit. setelah ade lari ke gang sempit ia pun melihat adit berjalan dengan santai, ade pun menghampiri adit sambil lari adit berkata
adit: ngapain lu de lari ??? kalo di godain waria selow aja jangan kabur
ade: lah gua kan kaget bocah pada lari yaudah gua ikut lari, lu selow banget gak ada paniknya??
Adit : gua mah uda sering di godain waria
Ade: berarti lu suka waria???
Adit : sialan lu de, gua normal kali
Ade : ohh kira gua lu doyan waria juga
Setelah mereka tiba di kampus, mereka pun tertawa melihat peristiwa tersbut
Buat meraka peristiwa di atas lucu sehingga membuat mereka tertawa ketika meliat peristiwa tersebut sekali gua pengalaman yang memiliki nilai masing masing di mata merka
Kamis,24 Okt. 13
Leer completo...

kalimat efektif


KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya di dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
SYARAT KALIMAT EFEKTIF :
a.    Bentukan kata harus sesuai EYD
b.    Struktur kalimat tepat
c.    Kesejajaran
d.    Kontaminasi
e.    Pleonasme
f.    Menggunakan kata baku
g.    Kelogisan
h.    Selalu menggunakan EYD
A.    Bentukan kata
Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah penggunaan bentukan kata berimbuhan yang tidak tepat.
Contoh:
1.    Anak-anak melempari batu ke dalam sungai.
2.    Guru menugaskan siswanya membuat karangan.
Kalimat-kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan kata berimbuhan yang tidak tepat. Akhiran –i pada kata melempari pada kalimat 1 membutuhkan objek yang bergerak, sedangkan akhiran –kan pada kata menugaskan membutuhkan objek yang diam.
Perbaikannya :
1.    Anak-anak melemparkan batu ke dalam sungai.
2.    Guru menugasi siswanya membuat karangan.
B.    Struktur kalimat
Penyebab lain ketidakefektifan kalimat adalah pemakaian struktur kalimat yang tidak tepat. Misalnya, penempatan subjek dan predikat yang tidak jelas.
Contoh:
1.    Di antara ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat.
2.    Kalau lulus ujian, maka saya akan mengadakan syukuran.
Kalimat 1 tersebut tidak efektif karena tidak ada subjeknya. Subjek kalimat tersebut terganggu oleh adanya preposisi di. Sementara pada kalimat 2 induk kalimat saya akan mengadakan syukuran terganggu oleh munculnya konjungsi maka.
Perbaikannya :
1.    a. Ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat
b. Di antara ketiga anaknya terdapat perbedaan sifat
2. Kalau lulus ujian, saya akan mengadakan syukuran.
C.    Kesejajaran
Kesejajaran berarti kesamaan bentuk kata yang digunakandalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Dan seterusnya.
Contoh:
1.    Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2.    Kegiatan hari ini adalah mengedit karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
Perbaikannya :
1.    Tugas para pekerja itu adalah pengecatan rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2.    Kagiatan hari ini adalah pengeditan karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
D.    Kontaminasi
Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frasa, maupun kalimat.
Contoh:
1.    Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita.
2.    Kita harus mengeyampingkan urusan pribadi kita.
3.    Buku itu sudah dibaca oleh saya.
Pada kalimat 1 dan 2 terdapat kerancuan bentuk kata dipelajarkan dan mengeyampingkan sedangkan pada kalimat 3 terjadi kerancuan bentuk kalimat pasif.
Perbaikannya:
1.    a. Di yayasan itu diajarkan berbagai keterampilan wanita.
b. Di yayasan itu dipelajari berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengesampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah saya baca.
E.    Pleonasme
Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
1.    Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2.    Kesehatannya telah pulih kembali.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlebihan. Pada kalimat 1 kata zaman = waktu = kala, jadi cukup digunakan salah satu saja, sedangkan pada kalimat kedua kata pulih = kembali seperti semula.
Perbaikannya :
1.    Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2.    Kesehatannya telah pulih.

Leer completo...

kata dan pilih kata

Pengertian Diksi Pilihan Kata
Pengertian Diksi
            Seseorang yang menguasai banyak kosa kata dapat menyampaikan gagasannya dengan baik. Namun, akan lebih baik jika dalam mengungkapkan gagasannya, ia dapat memilih  atau menempatkan kata secara tepat dan sesuai. Pilihan kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata yang dapat menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Untuk itu, agar gagasan-gagasan tersebut dapat dengan tepat ada pada majinasi pembaca atau pendengar, ketersediaan kata yang dimiliki oleh seorang penulis mutlak diperlukan yaitu berupa perbendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki daftar kata. Persoalan ketepatan pilihan kata dari daftar kata itu akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang, sehingga dari daftar kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.
            Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah di antaranya penulis/pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi dan konotasi kata, mampu mengetahui kata kerja yang menggunakan kata depan yang harus digunakan secara idiomatis, mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, menghindari kata-kata ciptaan sendiri, waspada terhadap penggunaan kata asing, dan mampu membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan, sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan Tuhan. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak dapat mengatakan Kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya, kurang tepat pula jika kita mengatakan Menteri Fulan mati tadi malam. Itulah contoh hasil analisis dan pertimbangan tertentu. Jadi, ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya. Demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna kata dari waktu ke waktu.
Dari uraian di atas ada tiga hal yang dapat kita simpulkan, yaitu :
(1) kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai banyak kosa kata,
(2) pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna yang bersinonim,
(3) pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata yang tepat dan cocok untuk situasi atau konteks tertentu.
Dengan demikian bahwa pilihan kata sebenarnya berhubungan dengan tutur dan tata tulis untuk mewadahi pikiran. Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna karena pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik , dan pada masyarakat lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata harus sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah, gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Karena dengan menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi juga beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks kata tersebut.
Jadi, yang dimaksud dengan pilihan kata / DIKSI adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Agar maksud dan tujuan pilihan kata dapat tercapai seperti apa yang telah dituliskan pada definisi tersebut diperlukan semacam indikator bahwa si pendengar atau pembaca dapat memiliki gambaran atau perasaan yang sama layaknya penulis atau pembicara, yaitu :
(1) dapat mengomunikasikan gagasan dan sesuai berdasarkan kaidah suatu bahasa, dalam hal ini adalah kaidah bahasa Indonesia,
(2) menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna,
(3) menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara, dan
(4) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.
Untuk itu diperlukan sesuatu yang disebut dengan kesesuaian pilihan kata dan ketepatan pilihan kata walaupun kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Ketepatan pilihan kata berkenaan dengan apakah kata yang digunakan sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan anggapan yang lain antara pembicara dan pendengar atau penulis dengan pembaca. Adapun yang berkenaan dengan kesesuain pilihan kata, apakah kata yang digunakan tersebut tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang diajak berbahasa.
Agar seseorang dapat mendayagunakan bahasa secara maksimal diperlukan kesadaran betapa pentingnya menguasai kosakata. Penguasaan kosa kata tidak akan perrnah lepas dari kemampuan menggunakan pilihan kata secara tepat. Memilih kata yang tepat untuk dapat menyampaikan gagasan ilmiah menuntut penguasaan, seperti
(1) keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan,
(2) wawasan bidang ilmu yang dtulis,
(3) konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran,
(4) syarat ketepatan kata, dan
(5) syarat kesesuaian kata. Oleh karena itu, ketepatan pemilihan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan.
Ketepatan tersebut akan dapat menghasilkan kepastian makna, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan, sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata.  Agar dapat memiliki ketepatan dan kesesuaian kata dalam pemilihan kata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
PEMBENTUKAN KATA ( IMBUHAN ASING )
Umumnya, kita dapat membahagikan unsur-unsur imbuhan asing ini kepada tiga kumpulan, mengikut bahasa asal imbuhan-imbuhan tersebut. Tiga kumpulan ini ialah:
i) imbuhan Sanskrit
ii) imbuhan Arab
iii) imbuhan Yunani-Latin-Inggeris
  Imbuhan Sanskrit
Imbuhan yang berasal daripada bahasa Sanskrit ialah jenis imbuhan yang telah lama terserap ke dalam sistem tatabahasa bahasa Melayu. Antaranya, seperti maha-, pra-, dan panca-, telah menjadi sebati dengan perkataan-perkataan dasar bahasa Melayu, sehingga penggunaannya amat produktif. Tetapi, terdapat juga bentuk imbuhan, seperti tuna, tri, dan nita-, yang mana penggunaannya atau terbitannya tidak begitu produktif.
Imbuhan Sanskrit terbahagi kepada dua:
i) awalan: maha-, tata-, pra-, swa-, panca-, tuna-, eka-, dwi-, tri-
ii) akhiran: -wan, -man, -wati, -nita
Imbuhan awalan Sanskrit

a) Awalan maha-
Awalan ini berfungsi melahirkan bentuk kata adjektif dan kata nama, dan membawa pengertian paling atau tahap terbesar, tertinggi dan teragung
Contohnya:
maha + rani
maha + dewa
maha + guru
maha + siswa
maha + raja
maha + meru
maha + hakim
maharani
mahadewa
mahaguru
mahasiswa
maharaja
mahameru
mahahakim
Mengikut kelaziman, ejaan bentuk terbitan daripada jenis maha + kata adjektif dieja berasingan. Perkataan maha dalam binaan ini tidak bertaraf imbuhan tetapi satu perkataan yang utuh.
Contohnya:
maha + mulia
maha + besar
maha + agung
maha mulia
maha besar
maha agung
b) Awalan tata-
Bentuk awalan ini digunakan khusus untuk menerbitkan kata nama, yang membawa pengertian suatu susunan atau peraturan.
Contohnya:
tata + tertib
tata + susila
tata + bahasa
tata + cara
tata + nama
tata + hukum
tata + negara
tata + buku
tata + kalimat
tatatertib
tatasusila
tatabahasa
tatacara
tatanama
tatahukum
tatanegara
tatabuku
tatakalimat
c) Awalan pra-
Bentuk awalan pra- ialah awalan yang produktif yang menerbitkan kata nama untuk membawa pengertian sebelum atau syarat kepada sesuatu yang mengikutinya.
Contohnya:
pra + kata
pra + syarat
pra + sejarah
pra + siswazah
pra + sangka
pra + wacana
pra + universiti
pra + sarana
prakata
prasyarat
prasejarah
prasiswazah
prasangka
prawacana
prauniversiti
prasarana
d) Awalan swa-
Awalan swa- digunakan untuk menerbitkan kata nama yang memberikan makna sendiri. Awalan ini mempunyai potensi untuk menjadi awalan yang produktif, walaupun dewasa ini penggunaannya masih agak terbatas.
Contohnya:
swa + daya
swa + asta
swa + sambada
swa + tantra
swa + tenaga
swa + layan
swadaya (kekuatan sendiri)
swasta (berdiri sendiri)
swasambada (keperluan sendiri)
swatantra (pemerintahan sendiri)
swatenaga (tenaga sendiri)
swalayan (layan sendiri)
  e) Awalan tuna-
Awalan ini kurang digunakan dalam bahasa Melayu, tetapi sering terdapat dalam bahasa Indonesia. Awalan tersebut menerbitkan kata nama untuk memberi makna tiada atau tidak mempunyai.
Contohnya:
tuna + anggota
tuna + netra
tuna + karna
tuna + karya
tuna + wisma
tunaanggota (tanpa anggota,cacat)
tunanetra (buta)
tunakarna (tuli)
tunakarya (penganggur)
tunawisma (tiada berumah)
  f) Awalan eka-,dwi-,tri-,panca-
Bentuk-bentuk di atas ialah bentuk imbuhan yang menerbitkan kata nama untuk membawa pengertian bilangan, iaitu eka "satu", dwi "dua", tri "tiga", dan panca "lima".
Contohnya:
eka + bahasa
eka + matra
eka + nada
dwi + fungsi
dwi + bahasa
tri + bulan
tri + windu
panca + indera
panca + sila
ekabahasa (satu bahasa)
ekamatra (satu dimensi / berukuran satu)
ekanada (satu nada)
dwifungsi (dua fungsi)
dwi bahasa (dua bahasa)
tribulan (tiga bulan)
triwindu (tiga windu = 24 tahun)
pancaindera (lima indera)
pancasila (lima dasar)

inonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Hubungannya bersifat timbal balik; dapat kita katakan bahwa nasib bersinonim dengan takdir, ataupun sebaliknya katatakdir bersinonim dengan nasib. Jadi, bentuk kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain. Walaupun kata-kata bersinonim tersebut memiliki kesamaan makna, tetapi kesamaan makna itu tidak bersifat menyeluruh (total) atau benar-benar hanya bersifat “mirip”.
Contoh sinonimi
mati = tewas
ayah = bapak
pintar = pandai
cantik = molek
bunga = kembang
hemat = irit
bodoh = dungu
kejam = bengis
Ø  Antonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan. Jadi antonimi adalah ‘nama lain untuk benda lain pula’. Venhaar menjelaskan (1978) mendefinisikan antonimi adalah ungkapan (berupa kata, dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat).
Contoh : besar X kecil
pulang X pergi
Contoh Antonim :
•kerasx lembek
•naikx turun
•kayax miskin
Ø  hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti “nama” dan hypo berarti “di bawah”. Jadi, secara harfiah berarti “nama yang termasuk di bawah nama lain”. Sesuai dengan yang diungkapkan Keraf (2005:38)
Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas- bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Karena ada kelas atas yang mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil dan ada kelas bawah yang merupakan komponen komponen yang tercakup dalam kelas atas, maka kata yang berkedudukan di kelas atas ini disebut superordinat dan kata yang berada di kelas bawah disebut hiponim. Istilah superordinat dan hiponim adalah istilah semantic

Ø  Homonim
 berasal dari kata homo berarti sama dan nym berarti nama. Berarti
 homonim adalah kata yang penamaan dan pengucapannya sama tetapi artinya berbeda. Saya sudah bisa menyetir mobil Tetanggaku terkena bisa ular yang mematikanAda Orang beruang sedang belanja.Besok senin akan diadakan Rapat OSISsudah 10 kali yang dilewatinya.

Ø  Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh :
a. Saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani. (darah=kesaudaraan)
b. Tubuhnya berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik. (darah=yang berada dalam tubuh)


Leer completo...