Pengaruh budaya timur
Adat istiadat masyarakat Betawi merupakan perpaduan dari berbagai budaya bangsa lain, seperti China, Arab, Persia, Portugis, Belanda, dan India.Budaya-budaya itu terus mengalami akulturasi sejak ratusan tahun silam hingga memiliki ciri khas dan menjadi kebudayaan lokal. Hal ini bisa dilihat pada sejumlah kesenian masyarakat Betawi, seperti Marawis, Tanjidor, Samrah, dan Palang Pintu.
Jika diperhatikan dari kesenian tersebut, ada satu alat musik yang tidak pernah ditinggalkan, yakni rebana. Alat musik ini selalu menjadi pelengkap pada sejumlah kesenian tersebut, bahkan bisa dibilang hukumnya wajib ada. Lantas mengapa masyarakat Betawi begitu dekat dengan rebana?
Sekitar abad ke-13, bangsa-bangsa dari Timur Tengah seperti Arab, Persia, dan Gujarad berdagang hingga ke Indonesia melalui Pelabuhan Sunda Kelapa. Tak jarang bangsa-bangsa dari Timur Tengah itu singgah hingga bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai menetap di kota Batavia. Selain berdagang, mereka juga melakukan siar Islam melalui kesenian-kesenian yang mereka bawa.
Di saat itulah, alat musik rebana mulai memasyarakat di kota Batavia. Alat musik ini sering diperdengarkan untuk mengiringi pujian-pujian keagamaan, seperti Sholawat Nabi, Nyayian Kasidah, dan acara keagamaan lain. Hingga pada akhirnya, alat musik ini menjadi ciri khas untuk kesenian-kesenian bernuansa Islami.
Karenanya, seiring perjalanan sejarah, masyarakat Betawi sangat dekat dengan alat musik ini. Bahkan, sejumlah kesenian Betawi juga menghadirkan Rebana sebagai alat musik pelengkap. "Rebana pada umumnya menjadi pengiring kesenian bernuansa Islami seperti Marawis, Kasidah, Samrah, dan Hadrah. Tapi, dalam perkembanganya, masyarakat Betawi juga memakainya untuk kesenian lain seperti gambus, tanjidor, orkes Betawi hingga palang pintu," kata H Agusta Harmari, pemerhati kesenian Betawi yang juga pemimpin orkes kesenian Betawi.
Tapi sayang, dewasa ini para peminat atau pengguna alat musik Rebana dalam kesenian Betawi mulai berkurang. Bahkan pemainnya di dominasi oleh orang-orang tua. "Nggak tahu kenapa anak muda pada ogah maininnya. Padahal, kalo nggak ada rebana, kesenian Betawi bisa hilang," jelas kakek lima cucu ini kepada beritajakarta.com, Jumat (11/9).
Alat musik rebana terbuat dari kayu yang melingkar dengan diameter sekitar 20 sentimeter. Di atas kayu yang melingkar tersebut dibalut bentangan kulit kambing atau sapi yang terikat kencang. Cara memainkannya, alat musik ini ditepuk dan diketuk sesuai irama. Tentunya, harus menyesuaikan dengan irama dan nada dari alat musik lainnya sehingga terdengar alunan musik yang syahdu
0 komentar:
Posting Komentar