Makhluk yang tidak berkembang bahkan sama sekali tidak memiliki sentimen ini. Mereka bergerak hanya menurutkan insting lahiriah saja; beraksi dengan pikiran terbatas yang mereka bawa sejak lahir. Cumi-cumi menangkap kepiting dengan bantuan pikirannya yang terbatas. Nyamuk, dituntun oleh insting yang dibawa sejak lahir, mengisap darah di mana saja dia hinggap. Kita tidak bisa menilai apakah perilaku mereka baik atau buruk dan juga tidak dapat menilai bahwa perilaku mereka dpengaruhi oleh sentimen - hal-hal tersebut sama sekali tidak mereka miliki. Pada kasus binatang yang berkembang, insting yang dibawa sejak lahir diperluas menjadi sentimen. Pada kasus manusia yang merupakan makhluk paling berkembang, mereka memiliki sentimen, rasionalitas dan juga kemampuan diskriminasi. Jika seorang bergerak dijalur sentimen dengan mengabaikan rasionalitas, terdapat 100% kemungkinan munculnya bahaya besar. Mereka yang bergerak disepanjang jalur sentimen ini tidak membedakan antara yang baik dan yang buruk, akan tetapi hanya diam menerima segala takhyul yang ada disekitar tujuan yang ingin mereka capai. Bahkan sedikitpun pertanyaan mengenai baik dan buruk tidak terlintas didalam pikiran mereka, karena mereka mengikuti sentimen mereka. Lalu sebagai manusia, apa yang seharusnya dilakukan? Tidak lain seseorang harus mengikuti jalur rasionalitas atau penalaran. Rasionalitas adalah harta karun manusia yang tidak dimiliki oleh hewan-hewan. Dan bagi yang memiliki asset berupa rasa bakti didalam hati mereka dan mengikuti rasionalitas didalam kehidupan sehari-hari, maka ia pasti akan menjadi orang yang berhasil. Mereka saja yang bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mulia didunia ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar